Kamis, 21 Oktober 2021

Haru

No sadness may cross this threshold - Pablo Neruda

Bipolar, kata dokter. Pasti sangat terpukul saat pertama kali kamu mendengarnya, begitu juga saya. Setelah kita tahu soal diagnosa itu, hari-hari jadi tambah berat ya? kamu mengeluh soal cemas yang tak terkendali, mood yang naik turun, rasa marah yang tak jelas dari mana asalnya, minder, tak percaya diri, dan tangisan-tangisan yang kamu, saya, dan semesta tidak pernah tahu kesedihan macam apa penyebabnya.

Ingat waktu pertama kali saya mengantar kamu ke psikiater? berbekal kertas berisi resep obat, pulangnya kita mampir ke sebuah apotek. Malam itu, saya tahu kamu hancur mendengar nominal biaya obat yang segitu besarnya. 

Sejak saat itu, saya melihat kamu bertahan hidup melewati satu kecemasan ke kecemasan yang lain. Yang paling membuat saya sedih adalah, saya nggak bisa bantu banyak. Saya cuma bisa kasih satu sisi bahu saat kamu menangis tiba-tiba di hadapan penjual pancong balap, suatu malam sebelum nonton teater. Saya cuma bisa bantu kamu meyakinkan diri bahwa dorongan misterius untuk menonjok muka dosen kita atas sebab yang kamu tak tahu dari mana asalnya, bukanlah kamu yang sebenarnya. Saya cuma bisa bantu meyakinkan mamamu saat kamu dilarang minum obat, dan hal-hal kecil yang mudah-mudahan berarti banyak.

Hal-hal itu juga bikin saya sering khawatir, mungkin sekhawatir saat kamu dulu bertanya, percaya nggak kalau mental disorder bisa menurun ke anak?, dan seandainya pertanyaan itu kamu ulangi lagi hari ini, mungkin saya akan jawab tidak percaya, karena yang saya percaya cuma satu: kita berdua akan kuat menghadapinya.

Ya begitu deh, sampai saya dan kamu pada akhirnya wisuda dan lulus dari Sastra Indonesia. Sampai kabar gembira itu saya dengar beberapa hari lalu; kamu dipanggil wawancara untuk posisi editorial assistant di sebuah penerbit terbesar di negeri ini. Waktu baca kabar itu dari WA mu, terus terang sebenarnya saya terharu. 

Tulisan ini cuma bentuk lain dari rasa haru itu, apalagi pas hari ini tak sengaja menemukan tulisan lama mu. Saya cuma pingin bilang, kalau suatu hari nanti kamu bertemu masa-masa sulit, cepat bangkit dan jangan pernah sesedih metafora di puisi Pablo Neruda; kumbang dengan seluruh kaki patah, mangsa terbungkus sarang laba-laba.




 
;