‘... aku ingin pulang..’ – Ebit G Ade
Konon,
masa lalu adalah jejak yang tertinggal jauh di dalam ingatan; sesuatu yang
tidak mungkin kau sentuh dengan tangan. Kau hanya bisa menatapnya dari masa depan,
dari kejauhan; seperti menatap buritan kapal yang pelan-pelan jauh dan menjelma titik
hitam, lalu tenggelam dalam senja yang karatan. Kau hanya bisa mengingatnya
seperti styrofoam mengapung di muka kolam; kau tak bisa menyelam lebih
dalam dan kembali ke masa silam.
Konon
kenangan dicipta dari masa lalu; disusun dari ruang dan waktu, tempat terjadinya
peristiwa yang membawamu terlibat di dalamnya. Masing-masing orang punya
kenangan; selembar ingatan tipis di dalam kepala, yang kadang bisa bikin
gerimis menitik di sudut mata, atau selengkung senyum tumbuh di muka.
Kita
hanya anak-anak masa lalu, yang terlahir di hari depan, dan dibesarkan oleh
kenangan.
...
Saya
mengingat masa-masa yang sudah jauh itu ketika pagi ini, saya dapati beberapa
teman masa kecil saya berkumpul dalam sebuah kolom komentar. Seorang teman
menulis status yang menyulut kerinduan pada masa lalu, mengulas cerita-cerita
lama, ah betapa melankoli!
Saya
pun mengakui, diri saya hari ini juga tercipta dari masa lalu, ada bagian
paling tidak terpisahkan; ingatan. Masa lalumu menentukan siapa kamu hari ini. Maksud saya, tidak juga
menjadi diri yang itu-itu juga dan tanpa mengalami perubahan sedikitpun, masa
lalu bisa membuat hidupmu bertolak dari jalan sebelumnya, menjadi batu loncatan
di kemudian hari.
Ah,
tetiba saya kepikiran J, Si Tinggi Gemuk itu suka bikin penuh gawang kalau main
sepak bola. Gelagat bicaranya yang ‘ceplas-ceplos’ itu sangat lucu jika
dipadukan dengan kepolosannya. Maaf, J. kusebut kau bocah polos karena memang
kau tak pernah berani melawan DI dan selalu terima-terima saja kalau dianiaya. Terus
terang saja sampai hari ini aku masih geram perkara kelicikanmu, diam-diam pulang
sewaktu main petak umpet. Hahaha
DI,
tampaknya kau memang punya bakat jadi pencuri. Apakah kau masih ingat perkara
mencuri kelapa muda milik Pak KH? Atau perkara kau menyeret aku saat memancing
di kolam milik orang? Ah, yang benar saja, kenapa aku dulu mau ikut denganmu? Diam-diam,
aku menyesal juga pernah melakukan itu. hahaha
DA, J,
DI, NA, IL, DM, AR, AL, SU,EN,AY, RO, harus bagaimana kita minta maaf pada
pemilik kolam yang diam-diam kita pancing ikannya itu? apakah permpuan yang
tersengat lebah setelah sarangnya kita lempar ramai-ramai itu masih ingat? Jangankan,
kita saja lari tunggang langgang dan tak mau mengakui perkara itu. hahaha. Apakah kalian masih ingat perkara mengubah
sawah kering menjadi lapangan bola? Apakah semangat itu masih ada? melempari
mobil-mobil di jalan dengan petasan, lalu lari sembunyi, kita memang pelari
yang handal, bukan?
Ingatan-ingatan
soal itu masih manis di kepala saya.
Hari
ini kita sudah berjalan di atas kaki masing-masing; tetapi, bukankah masa lalu
selalu ikut kemana kita pergi?
...
Konon,
masa lalu adalah jejak yang tidak bisa dihapus oleh siapapun. Seberapa besar
usaha-usaha untuk menghapusnya adalah sia-sia. Konon masa lalu adalah bayangan
yang selalu lekat pada tubuhnya, ikut kemanapun hari depan pergi, jadi siapapun
kau nanti. Konon tak ada yang bisa membuang masa lalunya, kecuali terus-menerus
merawat dalam ingatannya.
Kita
hanya anak-anak masa lalu, yang terlahir di hari depan, dan dibesarkan oleh
kenangan.
Hadiah
bagi kawan-kawan masa kecil,
semoga senantiasa dimudahkan jalan hidupmu
(*) meminjam judul kumpulan cerpen Damhuri Muhammad