Minggu, 29 Oktober 2017

Menjelang Usia Sembilan Belas

“Hari-hari berulang, kita tak akan kembali berada di tempat yang sama
 kecuali dengan kembali mengingatnya..”

Menjelang tepat di usia sembilan belas; sederhana saja, seperti yang lain-lain, seperti yang sudah terdengar klise di telinga kita: saya ingin hari-hari jauh lebih baik. Tidak begini-tidak begitu dan tidak seperti yang tidak diinginkan, tentunya. Saya cuma manusia biasa yang punya banyak keinginan, dan sekedar ingin dan walaupun hanya beberapa atau bahkan sedikit saja yang terwujud jadi kenyataan, itu hal yang biasa.

Barangkali kamu belum tahu, beginilah saya merayakan hari kelahiran; sederhana dan jauh dari gegap gempita pesta. Bukan saya tidak suka kejutan atau kado-kado dari teman, keluarga atau yang lainnya. Saya hanya merasa lebih khusyuk merayakannya dengan diri saya sendiri. Ya, seperti yang sudah-sudah, kami berdua hanya akan melaluinya dalam tulisan-tulisan semacam ini.

Dulu, ah saya ingat, dulu sekali waktu masih kelas empat esde mungkin, pertama kali saya dapat kado ulang tahun. Sebelumnya mungkin pernah, tapi saya lupa. Waktu itu seorang kawan perempuan, saya masih ingat sekali, buku tulis, digulung dan dibungkus kertas kado, dan tak lupa kertas label. Waktu itu masih zamannya kertas label harga dijadikan semacam tipe-x dan digunakan untuk menambal tulisan tangan yang salah.

Kelas satu esema, pertama kali saya dapat kue tart pake lilin menyala di atasnya, tidak begitu mewah sebenarnya, tapi itu adalah kali pertama seumur hidup saya. Tapi setelah itu saya tidak  pernah lagi, tidak ingin lagi.

Hari ini, saya ingin menghadiahi diri sendiri dengan mengingat satu hal. Satu fragmen kecil dalam hidup; saya pernah jatuh dari pagar sekolah setinggi dua meter dan terkilir di bagian kaki. Alih-alih diobati, sampai rumah saya dimarah habis-habisan, di naikan ke loteng dekat tower air dalam keadaan kaki terkilir, lalu diikat di kursi beberapa jam. Saya tidak ingat persis apa sebenarnya salah saya waktu itu, dan sampai sedewasa ini, hal itu tetap lucu di kenangan, entah kenapa.

Andai ada yang bertanya tempat mana yang paling ingin saya tuju, jawab saya: tentu saja masa kecil seandainya bisa. Tapi hidup kita ini bergerak, kita tak akan kembali berada di tempat yang sama kecuali dengan kembali mengingatnya.

...

Hari ini, menjelang tepat di usia sembilan belas; sederhana saja, seperti yang lain-lain, seperti yang sudah terdengar biasa di kalangan umat manusia, saya mau jadi lebih baik dan dipertemukan dengan segala hal yang baik-baik, dan hari ini, seperti yang sudah-sudah, saya tidak ingin pesta, kado, kue tart, kejutan dan lain-lain, kami berdua –– ya,saya dan diri saya, hanya ingin merayakannya dalam tulisan ini: selamat ulang tahun, manusia!


Jumat, 20 Oktober 2017

Jatuh Cinta

Kita kerap jatuh cinta dan selalu gagal menyembunyikannya.
Minggu, 15 Oktober 2017

Senja

Tiba-tiba saya kangen warna senja. Lama rasanya tidak duduk diam menikmati keheningan di bawah senja yang pelan-pelan surut. Sore ini, ditumpuk sejuta bayang-bayangmu, kepala saya rasanya berat dan butuh hal-hal yang bisa membuatnya terasa lebih ringan. Dan entah kenapa saya pilih menyalakan komputer, memilih satu lagu dari sekian banyak folder,  dan mampus! Saya dibuat terhenyak pada satu larik “Lagu untuk Sebuah Nama” Ebiet G Ade; sebab cinta bukan mesti bersatu...

Entahlah, tapi tiba-tiba saya ingin bertanya pada diri sendiri; apakah yang sebenarnya sedang saya rindukan? Jangan-jangan saya tak pernah benar-benar merindukan warna senja, jangan-jangan di bagian pikiran saya yang lain, saya justru sedang merindukanmu? benarkah begitu? Benarkah saya cuma pura-pura merindukan warna senja padahal saya sedang pusing ditimpa nama-nama yang jatuh dari langit? Benarkah begitu?


Begitulah, pelan-pelan saya menyadari, biarpun kelak kamu tidak akan jadi milik saya, paling tidak kamu pernah hadir dalam hidup saya, paling tidak kamu pernah hidup dalam paragraf kecil ini.
Sabtu, 14 Oktober 2017

Tiga Puisi

SUATU KETIKA

Ketika memandang halaman dan hari sedang hujan,
Daun-daun bebas bertebaran padahal angin berhembus
Pelan padahal dua jam lalu langit tenang, kukira senja akan
Merah dan tepat sekali ketika sunyi memandangku dari
Kejauhan, malam turun pelan-pelan.

(Solo, 2017)

MASA KECIL HUJAN

1/
Selalu menyenangkan
Menjadi anak kecil, pikirnya

Ia sama sekali tidak butuh payung.
Hanya teduh mata ibunya

Dan sedikit anggukan ketika ia meminta,
Tanda ia diperbolehkan.

Di sepanjang masa kecilnya, ia hanya
Butuh tertawa.

2/
Kini, bersama kenangan
Yang menitik di kedua matanya

Ia biarkan hujan di luar jendela
Makin deras mengguyur tubuhnya

( Solo, 2017)

NYAMUK DAN HUJAN

Mungkin karena hujan
Nyamuk beterbangan
Dan hinggap di lenganku

Mungkin karena hujan
Nyamuk kedinginan dan
Menghisap hangat darahku

Mungkin karena hujan
Ya, karena hujan makin deras
Dan menghanyutkana rumahmu.

(solo, 2017)

TENTANG PENULIS

Muhammad Habibur Rohman, lahir di Lampung, penyuka musik indie dan hujan.

Dimuat di Nusantaranews.co edisi 8 Oktober 2017
Minggu, 01 Oktober 2017

Rambut Panjang

Rambut saya sudah mulai panjang, biasanya takut kena razia guru sehingga rambut samping jarang sampai menyentuh kuping. Sudah tiga bulan kira-kira,sejak tinggal di kota ini, saya belum sempat atau mau memotongnya. Agak risih memang, sebab saya belum terbiasa. Pikir saya selama ini, memelihara rambut hanya akan memperburuk perangai saya, sebab kata ibu waktu kecil dulu, kalau rambut saya panjang, saya jadi nakal.

Hari ini saya tidak sekecil itu, Bu. Pernah saya bilang kalau  mau punya rambut panjang biar bisa dikuncir, ibu saya ngomel tak habis pikir. Buat apa? Katanya.  Jadi sastrawan itu yang penting karya dan ilmunya, bukan rambutnya, timpal ayah. Saya cuma bisa mangut-manggut. 

Di kampus saya, lelaki berambut panjang adalah hal yang lumrah. Waktu pertama kali mendapati kenyataan itu, seketika terbit kembali sesilam cita-cita kecil. Tapi, entah juga. Beberapa hari yang lalu saya sempat menjadwalkan diri ke tukang cukur, tapi tidak jadi. Apakah ini pertanda bahwa saya mesti memanjangkan rambut saya?


Entah, yang jelas, hari ini saya keramas dua kali dan rasanya rambut jadi lembut dan ringan. 
 
;